Apa itu virtual
reality? Virtual Reality merupakan lingkungan yang disimulasikan oleh komputer
untuk menampilkan objek tertentu dimana kita dapat berinteraksi didalamnya,
menyerupai apa yang terjadi di dunia nyata. Prospek teknologi ini di masa depan
persis seperti yang dibayangkan oleh Zuckerberg. Saat ini, teknologi virtual
reality telah banyak dikembangkan untuk tujuan games, militer, edukasi,
kesehatan, dan simulasi kendaraan.
Cara Kerja Virtual Reality
Pertama, pengguna akan
dibawa ke dalam sebuah lingkungan virtual sehingga mengalami immersi, atau
perasaan berada di dalam dunia virtual yang dirancang. Pengguna dapat
berinteraksi dengan lingkungan tersebut dalam cara tertentu. Kombinasi antara
imersi dan interaktivitas akan menghasilkan sensasi bernama telepresence, bisa
juga diartikan sebagai kehadiran jarak jauh. Menurut ilmuwan komputer, Jonathan
Steuer, telepresence ini akan menimbulkan sensasi dimana pengguna menjadi tidak
merasakan lingkungan sekitar dan membuat anda fokus pada keberadaan di dalam
lingkungan virtual.
Lalu bagaimana cara agar immersi ini dapat dirasakan pengguna?
Developer biasanya menggunakan sensor output kepada sistem lingkungan virtual
agar sistem ini dapat bereaksi sesuai yang dilakukan pengguna secara real-time. Stimulasi sensor ini harus konsisten dengan
apa yang dirasakan saat pengguna mengalami immersi di dalam lingkungan virtual.
Masalah yang biasa muncul adalah latency, atau jeda waktu antara tindakan yang
dilakukan pengguna dengan reaksi yang muncul pada lingkungan virtual. Hal ini
selalu terjadi pada setiap perangkat virtual reality karena waktu respon yang
dibutuhkan hingga lingkungan dapat bereaksi. Durasi latency memang masih berada pada satuan
milisekon, misalnya pada simulator penerbangan dimana pengguna ternyata
merasakan dampak latency yang terjadi
pada angka diatas 50 milisekon. Kesadaran pengguna terhadap latency membuat nuansa immersi yang telah
terbentuk dari lingkungan virtual menjadi rusak.
Merancang Lingkungan Virtual Reality
Gambar diatas merupakan proses operasi game dengan teknologi
virtual reality menggunakan kernel LINUX. Selain untuk game, ada banyak library grafis komputer yang dapat digunakan
untuk mengembangkan lingkungan virtual yang real time. Library ini umumnya dapat dikembangkan bersama
dengan bahasa pemrograman yang sudah lazim digunakan seperti C++, Perl, Java,
atau Python.
Library grafis komputer yang populer seperti
Open GL, Direct3D, Java 3D, dan VRML umumnya memiliki kemampuan untuk
mengembangkan lingkungan virtual. Ada beberapa cara, seperti multithreading, yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan 3D dan membuat interaksi multi-user pada program menggunakan teknologi
virtual reality.
Potensi Virtual Reality di Masa Depan
Menurut Michael
Abrash, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi agar sistem virtual
reality yang handal dapat terwujud. Saat ini aspek yang bersifat visual dari
virtual reality bisa dibilang hampir siap untuk diluncurkan ke publik. Namun
masih terdapat area lainnya yang membutuhkan solusi yaitu 3D audio, haptics
atau komunikasi non-verbal, body tracking, dan input.
Masalah seperti audio
kini mulai teratasi dengan berkembangnya beberapa penyedia ekstensi untuk
memprogram lingkungan suara seperti Enviromental Audio Extensions (EAX),
DirectSound, dan Open AL. Masalah utama pada audio diperkirakan bukan lagi
tentang menciptakan audio 3D, tapi bagaimana menggabungkannya dengan sistem
virtual reality. Jadi bersiaplah untuk memasuki era virtual reality, meski
mungkin dalam beberapa tahun ke depan baru teknologi ini benar-benar muncul
dalam keseharian kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar